BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan
dimasyarakatkan mengharuskan adanya penelitian. Tanpa sebuah penelitian, ilmu
pengetahuan tidak akan hidup dan akan diragukan kebenarannya. Sehingga sebuah
penelitian akan menjadi tolak ukur seberapa besar kegunaan penelitian dan peran
penelitian dalam pengembangan ilmu.
Kegiatan penelitian merupakan upaya
untuk merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencoba
menjawab pertanyaan tersebut.untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan cara
menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Tetapi penelitian
akan menjadi lebih dinamis apabila dilakukan secara terus menerus yang
bertujuan untuk memperbaharui kesimpulan yang telah ditemukan. Tanpa adanya penelitian
itu ilmu pengetahuan akan berhenti dan menjadi tidak valid, bahkan akan surut
ke belakang.
Selain itu, penelitian yang baik
sebaiknyatidak dilakukan dengan cara yang asal-asalan. Namun harus memenuhi
aturan yang sudah ada ditentukan yakni dengan menyertakan metode-metode yang
sesuai dengan objek yang akan diteliti sehingga akan menghasilkan data-data
yang sesuai pula.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, pokok permasalahan yang akan dibahas adalah metode-metode penelitian dan
hakikatnya.
3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah dengan judul
‘Hakikat Penelitian Sosial’, yakni sebagai berikut :
a. Sebagai
persyaratan untuk mengikuti diskusi mata
pelajaran Sosiologi.
b. Agar
kita mengetahui apa hakikat dari metode penelitian sosial dan apa saja yang ada
didalamnya.
4.
BAB II
ISI
1.
Penalaran
Proses
berpikir lahir dari rasa ragu terhadap sesuatu hal dan keinginan untuk
memperoleh suatu kepastian, sehingga kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang
khas dan memerlukan suatu pemecahan.
Biasanya
manusia selalu berpikir jika berhadapan dengan banyak permasalahan. Akan
tetapi, tidak semua masalah membuat kita terdorong untuk memikirkanya secara
sungguh-sungguh. Kegiatan berpikir secara sungguh-sungguh dan logis inilah yang
disebut sebagai penalaran.
Suatu penalaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Logis, ditimbang secara objektif dan
didasarkan pada data yang sahih.
·
Analitis, daya imajinasi untuk
merangkai, menyusun, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal
pikiranya kedalam suatu pola tertentu.
·
Rasional, masuk akal karena didasarkan
pada fakta-fakta.
Menurut John Dewey,
proses penalaran manusia dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
·
Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk
adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal
yang muncul secara tiba-tiba.
·
Kemudian rasa sulit tersebut diberi
definisi dalam bentuk permasalahan.
·
Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang
berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
·
Ide-ide pemecahan diuraikan secara
rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara mengumpulkan bukti-bukti
(data).
·
Menguatkan pembuktian tentang ide-ide
tersebut dan menyimpulkan melalui keterangan-keterangan ataupun
percobaan-percobaan.
Menurut filsuf Charles
Pierce terdapat sejumlah cara atau metode yang digunakan yaitu sebagai berikut.
a) Metode
Ketangguhan (Tenacity)
Metode ketangguhan adalah metode
yang menganggap sesuatu dianggap benar karena yakin akan kebenarannya dan
keyakinan berperan penting dalam metode ini. Contohnya adalah manusia merupakan
makhluk ciptaan Tuhan dan bukan merupakan hasil evolusi dari wujud kera. Hal
ini dapat diterima kebenarannya berdasarkan keyakinan agama.
b)
Metode
Otoritas
Metode
otoritas adalah metode yang dianggap benar karena sumbernya memiliki otoritas
untuk menyatakan benar. Contohnya adalah BMKG selalu memberikan informasi
kepada masyarakat dalam keadaan positif maupun negatif.
c)
Metode Intuisi
Metode
intuisi adalah metode yang menganggap sesuatu dikatakan benar karena
semata-mata berdasarkan intuisi, tanpa melalui proses berpikir atau
mempelajarinya terlebih dahulu. Contohnya adalah BMKG selalu memberikan
informasi kepada masyarakat dalam keadaan positif maupun negatif.
d)
Metode Tradisi
Metode
tradisi adalah metode yang menganggap sesuatu dikatakan benar karena telah
berlaku dan dilakukan secara turun-temurun. Seseorang menerima kebenaran dari
tradisi yang berlaku di dalam lingkungannya. Contohnya seperti masyarakat
pedesaan yang setiap tahun mengadyakan ritual sedekah bumi maupun sedekah laut.
Hal tersebut sebagai perwujudan syukur
kepada penguasa langit dan bumi. Mereka meyakini jika tidak melakukan
ritual tersebut maka akan terjadi bencana.
e) Metode
Trial And Error
Pengetahuan
dengan cara ini diperoleh melalui pengalaman langsung. Sesuatu yang dianggap
benar diperoleh hasil dari serangkaian percobaan yang tidak sistematis.
Mula-mula dicoba, hasilnya salah, dicoba lagi sampai akhirnya ditemukan yang
benar. Contohnya adaalah penelitian yang dilakukan Thomas Edision ( penemu
listrik), Albert Eintein yang selalu mengalami kegagalan dalam menemukan
pengetahuan. Hingga akhirnya penemuan itu menjadi sebuah pengetahuan yang
menggemparkan dunia sampai sekarang ini.
f) Metode
Metafisik
Suatu
pengetahuan yang dianggap benar diperoleh secara metafisik. Jawaban terhadap
masalah yang ditemukan dalam dunia empiris dicari di dalam dunia supranatural,
di dalam dunia transedden (di luar daya nalar atau kesanggupan manusia).
Pengetahuan yang diperoleh dari ajaran agama atau kepercayaan. Contoh:
menggunakan jimat ( cincin, keris, sabuk dan lain-lain) akan mendatangkan
rejeki ataupun dapat menghindarkan dari bahaya.
Seiring
berkembangnya rasionalitas dan ilmu pengetahuan, berbagai metode dianggap
kurang mampu untuk memuaskan keingintahuan dan menemukan kebenaran, sehingga
manusia beralih pada penalaran atau proses berpikir secara terus-menerus.
Proses berpikir dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Deduktif
Metode
berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui
sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif,
dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri
atas beberapa unsur yaitu:
·
Dasar pemikiran utama (premis mayor)
·
Dasar pemikiran kedua (premis minor)
·
Kesimpulan
Contoh:
·
Premis mayor: Semua siswa SMA kelas X
wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
·
Premis minor: Bob adalah siswa kelas X
SMA
·
Kesimpulan: Bob wajib mengikuti jam
pelajaran Sosiologi
2) Induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat
umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta
peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
·
Bukti 1: logam 1 apabila dipanaskan akan
memuai
·
Bukti 2: logam 2 apabila dipanaskan akan
memuai
·
Bukti 3: logam 3 apabila dipanaskan akan
memuai
·
Kesimpulan: Semua logam apabila
dipanaskan akan memuai.
Selain
dua proses berpikir diatas, masih terdapat dua proses berpikir lain yang sering
dianggap sebagai pelengkap, yaitu perpikir analogis dan berpikir komparatif.
Analogis adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogis merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogis, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya
adalah untuk menjadi seorang pemain bola yang profesional atau berprestasi
dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang dokter untuk
dapat menjadi dokter yang profesional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian
yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemain
bola maupun seorang dokter diperlukan latihan atau pembelajaran. Sedangkan
komparatif merupakan proses berpikir seseorang yang dengan segala pengalamannya
untuk membandingkan berbagai hal. Contohnya adalah adakah perbedaan prestasi
belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian
adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
Proses
penalaran dan berpikir merupakan komponen terpenting dalam kegiatan penelitian
untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang logis, rasional dan analistis.
2.
Penelitian Sosial
Penelitian
sosial adalah proses kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis dan
metodis gejala social yang terjadi dalam lingkungan social untuk mengungkapkan
kebenaran sehingga bermanfaat bagi kehidupan bermaksyarakat dan ilmu pengetahuan.
Beberapa definisi
penelitian social yang diberikan oleh para ahli:
1. Bagong
suyanto (2010)
Penelitian
Sosial adalah kegiatan spionaso untuk mencari,memata-matai, dan menemukan
pengetahuan dari “lapangan” yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
menurut kaidah-kaidah ilmiah tertentu dan bukan mencari kebenaran normative
yang semata hanya dituntut oleh cara berfikir deduktif.
2. Dolet
Unaradjan (2008)
Penelitian
Sosial adalah kegiatan yanf bertujuan bukan hanya mempelajari suatu masalah
praktis atau bagian kenyataan empiris tertentu, melainkan juga menguji gagasan
atau ide yang terdapat dalam pikiran seseorang.
3. Piran
Wiroatmodjo (2009)
Penelitian
Sosial adalah usaha untuk menemukan ilmu pengetahuan yang baru, mencari
pemecahan masalah atau membuktikan suatu tanggapan maupun teori.
4. Soerjono
Soekanto (2009)
Penelitian
Sosial mengacu pada kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran.
5. Sugiyono
(2013)
Penelitian
Sosial merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan
tertentu.
Berdasarkan
definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian sosial memiliki
karakterisik sebagai berikut.
a. Kegiatan
yang dilakukan menurut kaidah ilmiah, terencana dan sistematis.
b.
Bertujuan memperbaiki, menyempurnakan, memperluas,
bahkan menggali lebih dalam kajian suatu ilmu pengetahuan.
c.
Berupaya mendapatkan pemecahan masalah
dan mengungkapkan kebenaran.
3.
Karakterisik
penelitian social
Menurut Made
Wirartha (2008) penelitian sosial memiliki sejumlah Karakteristik sebagai
berikut.
a. Objek
penelitian sosial adalah masyarakat dan berbagai gejala sosial serta kenyataan
sosial. Dalam hal ini, manusia tidak dilihat sebagai kenyataan fisik ataupun
biologis, tetapi sebagai mahluk sosial.
b.
Ilmu pengetahuan alam mempunyai metode
ilmiah berdasarkan hasil percobaan dan atas penemuan fakta fakta ilmiah. Akan
tetapi, ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi bidangnya sangat berbeda dimana
memahami manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dipersamakan dengan metode
mempelajari atom, ataupun bahan kimia lainnya.
c.
Penelitian sosial sebagai kegiatan
ilmiah berusaha menggali dan mengembangkan pengetahuan dari sumber-sumber
primer untuk menemukan prinsip,hukum,dalil,teori, maupun generalisasi yang
berlaku secara umum mengenai gejala sosial dan kenyataan sosial yang diteliti.
d.
Karena masyarakan bersifat dinamis, maka
penelitian sosial harus dilakukan terus menerusagar senantiasa mampu memberikan
penjelasan yang tepat dan akurat mengenai berbagai fenomena, gejala, dan
masalah sosial yang terjadi.
e.
Objek-objek penelitian sosial memiliki
gejala yang multivariasi. Contohnya adalah pengamatan terhadap 10 orang siswa
yang sedang menyelesaikan tugas kelompok mungkin saja akan berbeda hasilnya
dengan pengamatan terhadap 10 orang
siswa lain, walaupun berlangsung ditempat, waktu, dan materi tugas kelompok
yang sama pula.
f.
Penelitian sosial menggunakan cara kerja
dengan prosedur yang teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggung jawabkan
sebagai proses yang memberi kemungkinan terbaik bagi tercapainya pengetahuan
yang benar.
g.
Pengetahuan sosial mendasarkan diri pada
pengetahuan dan pengalaman yang selama ini telah di capai serta di terima
kebenarannya. Dengan kata lain, penelitian sosial bukanlah tindakan spekulatif
Penelitian
sosial sebagai kegiatan ilmiah tentu memiliki ciri-ciri atau karakterisktik.
Adapun ciri-ciri penelitian sosial menurut Soedjono Dirdjosisworo (2010) adalah
sebagai berikut.
a.
Sistematis,
artinya bahasan tersusun secara teratur, beraturan menurut sistem.
b.
Logis,
artinya sesuai dengan logika, masuk akal, dan benar menurut penalaran.
c.
Empiris,
artinya diperoleh dari pengamalan, penemuan, dan pengamatan.
d.
Metodis,
artinya berdasarkan metode yang kebenarannya diakui oleh penalaran
e.
Umum,
artinya meliputi keseluruhan dan tidak hanya menyangkut yang khusus saja.
f.
Akumulatif,
artiya bertambah, makin berkembang, dan dinamis.
4.
Jenis
Penelitian Sosial
Selain
memiliki ciri atau karakteristik, penelitian social juga memiliki jenis-jenis
yang dapat dibedakan atas sejumlah kriteria berikut.
A. Berdasarkan
Manfaat Penelitian
Jenis
penelitian sosial jika dilihat berdasarkan manfaat dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut
1. Penelitian Murni (Pure Research)
Penelitian
murni adalah pencarian terhadap sesuatu karenaada perhatian dan keingintahuan
terhadap hasil suatu aktifitas. Hasil daripenelitian dasar adalah pengetahuan
umum dan pengertian-pengertian tentangdunia sosial serta
hukum-hukumnya.Penelitian ini merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan
untuk waktuyang lama dalam artian kegunaan hasil penelitian itu tidak segera
dipakainamun dalam waktu jangka panjang jugaakan terpakai, penelitian
inibiasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri.Contoh yang paling
nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis, dandisertasi.
Penelitian
dasar biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya
hasil penelitian dasar memberikan dasar untukpengetahuan dan pemahaman yang
dapatdijadikan sumber metode, teori dangagasan yang dapat diaplikasikan pada
penelitian selanjutnya. Karenapenelitian dasar banyak ditujukan bagi pemenuhan
keinginan atau kebutuhanpeneliti, umumnya peneliti memiliki kebebasan untuk
menentukan permasalahanapa yang akan ia teliti. Karena itu, penelitian
dasar tidakdibayang-bayangi oleh
pertimbangan penggunaan dari penemuan tersebut untukorang lain atau masyarakat.
Perhatian utamanya adalah kesinambungan danintegritas dari ilmu dan filosofi.
Proses pemikiran si peneliti bias membawanya kemana saja, tanpa memikirkan
sudut apa dan arah mana yang akan dituju.
2. Penelitian
Terapan (Applied Research)
Penelitian
terapan adalah penelitian yang mencoba untukmenyelesaikan masalah tertentu
secara spesifik dan hasilnya dapat langsungdigunakan sebagai dasar usulan
langkah penanganan masalah atau solusi.Hasil penelitian tidak perlu sebagai
satu penemuan baru, tetapi merupakanaplikasi baru dari penelitian yang telah
ada. Para peneliti terapanlah yangakan merinci penemuan penelitian murni untuk
keperluan praktis dalambidang-bidang tertentu. Tiap ilmuwan yang mengerjakan penelitian
terapanmempunyai keinginan agar dengan segera hasil penelitiannya dapat
digunakanmasyarakat dalam berbagai bidang.Contoh penelitian jenis ini misalnya
bentuk penelitian pemasaran.
Hasil
dari penelitian harus bisa memberikan gambaran kepada perusahaan mengenaiproduk
apa yang laku dipasaran, produk apa yang gagal dipasaran, serta berbagai solusi
yang bisa digunakan untuk mengatasi segala masalah yang ada di
perusahaan.Karena penelitian terapan ini digunakan untuk segera mengatasi
masalah yang ada, konsep-konsep yang digunakan juga cenderung konsep-konsep
yang operasional, dan bukan konsep yang abstrak.
Bahkan
secara extreme dikatakanbahwa penelitian terapan cenderung tidak (atau
mengabaikan) menggunakan teori dalam penyusunan rancangan penelitiannya. Secara
umum penelitianterapan merupakan penelitian yang diminta oleh pihak lain kepada
penelitisehingga peneliti tidak lagi memiliki kebebasan untuk
menentukanpermasalahan apa yang akan diteliti.
Beberapa
tipe penelitian yang termasuk kategori penelitian terapan adalahsebagai
berikut.
1. Penelitian
Aksi (Action Research), yaitu penelitian terapan yang memperlakukan pengetahuan
sebagai kekuatan dan menghapus garis pemisah antara penelitian dan tindakan
sosial, seperti masalah perilaku menyimpang atau juga penelitian tentang
kenakalan remaja
2. Social
Impact Assessment, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperkirakan dampak
social yang akan timbul yang terjadi karenaadanya suatu penerapan suatu
kebijakan tertentu.
3. Evaluation
Research, yaitu penelitian dengan mengukur efektivitasdari suatu kebijakan,
program, ataupun prosedur dalam melakukan sesuatu.
B. Berdasarkan
Tujuan Penelitian
Jenis
penelitian sosial jika dilihat berdasarkan tujuan dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu sebagai berikut.
1. Penelitian
Exploratif
Penelitian
ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang relatif masih baru. Dapat
dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau gejala yang selama inibelum pernah
diketahui atau dirasakan. Contoh yang paling nyata adalah penelitian tentang
penemuan virus baru. Dalam ilmu sosial studi kelayakan merupakan jenis
penelitian yang berupa mengeksplorasi tentang suatu fenomena yang baru.
Mengingat bahwa topik yangakan diteliti merupakan topik yang baru, penelitian
ini biasanya memilikisifat kreatif, fleksibel, serta terbuka bagi berbagai
informasi yang ada. Biasanya penelitian ini menghasilkan teori-teori yang baru,
pengembangan dari teori yang sudah ada. Tujuan dari penelitian eksplorasi
adalah mengembangan gagasan dasar mengenai topik yang baru dan memberikan dasar
bagi penelitian lanjutan.
2. Penelitian
Deskriptif
Penelitian
ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detilmengenai suatu gejala
atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian inibiasanya berupa pola-pola dari
suatu fenomena. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga
tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun
mempelajari implikasi. Penelitian ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan
dari penelitian exploratif. Penelitian exploratif telah menyediakan gagasan
dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih detail. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah menggambarkan mekanisme sebuah proses dan
menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
3. Penelitian
Explanatif
Penelitian
ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatukejadian atau
gejala terjadi. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat. Tujuan dari
penelitian eksplanatif adalah menghubungkan pola-pola yang berbeda namun
memiliki keterkaitan dan menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
C.
Klasifikasi Penelitian
Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, kita bisa
membedakan penelitian menjadi penelitian cross-sectional dan penelitian
longitudinal. Untuk membedakan antara keduanya, kita bisa menggunakan
pertanyaan apakah penelitian yang kita lakukan akan diperbandingkan dengan
penelitian lain yang dilakukan dalam waktu yang berbeda atau tidak? Jika ya,
kita bisa katakan bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian longitudinal,
sedangkan jika tidak, penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
1. Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam
waktu yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang
berbeda untuk diperbandingkan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa
pengertian satu waktu tertentu tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu,
hitungan bulan, atau hitungan tahun saja. Tidak ada batasan yang baku untuk
menunjukkan satu waktu tertentu. Akan tetapi, yang digunakan adalah bahwa
penelitian itu telah selesai. Dengan demikian, bisa saja seorang melakukan
penelitian di bulan Januari, kemudian karena ada keperluan mendesak, pada bulan
Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. Pada Bulan April, ia kembali lagi
ke lapangan untuk meneruskan mengumpulkan data. Sekalipun penelitian mendatangi
lokasi penelitian sebanyak dua kali, ia tetap dikategorikan melalukan
penelitian cross-sectional. Dengan demikian, konsep satu waktu tertentu
dalam satu penelitianlah yang digunakan untuk menentukan bahwa penelitian
tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
2.
Penelitian Longitudinal
Penelitian jenis ini dilakukan antar
waktu. Dengan demikian, setidaknya terdapat dua kali penelitian dengan topik
atau gejala yang sama, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ingat bahwa
tidak berarti jika ada dua penelitian yang dilaklukan dalam waktu yang berbeda
dengan topik yang sama selalu dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal,
tetapi ada kata kunci yang harus dipegang, yaitu adanya upaya perbandingan
antara hasil penelitian. Dengan kata lain, penelitian longitudinal sudah
direncanakan sejak awal penelitian, dan bukannya secara kebetulan terjadi.
Apa contoh penelitian yang bukan
penelitian longitudinal? Misalnya saja tahun 2000 ada seorang peneliti yang
melakukan penelitian tentang Perusahaan Ansur. Tahun 2004 ternyata ada seorang
peneliti yang sama. Kedua penelitian ini tidak bisa dikategorikan ke dalam
penelitian longitudinal karena masing-masing berjalan sendiri. Kita bisa
kategorikan terdapat dua penelitian cross-sectional. Penelitian
longitudinal merupakan penelitian yang mencoba melihat perubahan yang terjadi.
Penelitian
longitudinal bisa kita bagi lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
a.
Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama
dengan waktu yang berbeda, serta responden atau informan yang berbeda. Contoh
yang paling sederhana adalah penelitian tentang gaya hidup. Kita akan melakukan
penelitian tentang gaya hidup dengan melakukan perbandingan antara gaya hidup
di tahun 70-an dengan gaya hidup di tahun 90-an. Orang-orang yang diteliti bisa
saja berbeda, tetapi gejala atau topik yang diteliti adalah sama.
b.
Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan
waktu yang berbeda, dan responden atau informan yang sama. Dengan penelitian
ini, seseorang akan diteliti minimal sebanyak dua kali. Misalnya saja kita
ingin melihat bagaimana pilihan responden terhadap presiden sebelum putaran
pertama dan setelah putaran kedua. Orang-orang yang diteliti merupakan orang
yang sama. Permasalahan yang sering kali muncul dalam penelitian ini adalah
jika jangka waktu antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain
berdurasi cukup lama sehingga ada kemungkinan responden yang dulu dijadikan
sampel, kini sudah tidak bisa ditemui lagi, misalnya karena sudah meninggal
dunia atau bisa juga karena sudah pindah rumah.
c.
Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama, yang
dilakukan pada waktu yang berbeda dengan responden atau informan yang memiliki
karakteristik yang sama. Dengan demikian, orang-orang yang diteliti berbeda,
tetapi mereka memilili ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apapun
juga. Bisa saja mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan tempat
tinggal, kesamaan keturunan, kesamaan latar belakang pekerjaan, dan sebagainya.
Misalnya kita akan melakukan penelitian di tahun 1990 kepada orang-orang yang
berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita melakukan penelitian yang sama dengan
orang-orang yang berusia 55 tahun. Karakteristik apa yang sama? Mereka adalah
orang-orang yang lahir pada tahun 1945.
Dengan demikian, karakteristik yang
sama adalah tahun kelahiran. Tidak hanya itu, ternyata peneliti menginginkan
agar semua orang yang diteliti pada tahun 1965 berusia 20 tahun sehingga dapat
mengetahui tentang kejadian pemberontakan G 30 S PKI, dan sama-sama
mengalaminya.
D.
Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Jenis
dan Kualitas Data
Ada banyak sekali jenis penelitian
yang ada di dalam klasifikasi ini, namun secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua macam jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif.
a.
Penelitian kuantitatif
Penelitian penelitian kuantitif
adalah penelitian yang lebih menekankan analisisnya pada data-data numerical
(angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif
dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hepotesis)
dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada pada suatu probabilitas kesalahan
penolakan hepotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel
besar. Dalam kelompok penelitian kuantitatif ini terdapat beberapa jenis
penelitian lagi yaitu:
1.
Penelitian survey, yaitu penelitian yang menggunakan
kuesioner sebagai instrument penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang
berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku. Dalam pelaksanan survei,
kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
2.
Penelitian experiment, penelitian ini bisa dilakukan
di dalam alam terbuka dan juga ruang tertutup. Dalam penelitian experimen,
kondisi yang ada dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan keperluan peneliti.
Dalam kondisi yang telah dimanipulasi ini, biasanya dibuat dua kelompok, yaitu
kelompok control dan kelompok pembanding. Kepada kelompok control akan
diberikan treat ment atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok itu akan
diperbandingkan.
3.
Analisis isi, penelitian ini dilakukan bukan kepada
orang, tetapi lebih kepada simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material
yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang
topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung.
b.
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif
dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang
diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa
penelitian kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif
akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hepotesis melainkan pada usaha
menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan
argumentatif. Banyak penelitian kualitatif yang merupakan penelitian sampel
kecil. Dalam kelompok penelitian kualitatif ini juga terdapat jenis penelitian
yang lain, yaitu:
1.
Penelitian lapangan, penelitian ini bisa dimulai
dengan perumusan permasalahan yang tidak terlalu baku. Instrumen yang
digunakan juga hanya berisi tentang pedoman wawancara. Pedoman analisis
wacana serta penelitian perbandingan sejarah. Pedoman wawancara ini dapat
berkembang sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan.
2.
Analisis wacana, penelitian ini serupa dengan analisis
isi, hanya saja bukan tampilan frekuensi tampilan dari topik tertentu yang
dipilih dalam material yang sudah ditentukan, tetapi lebih jauh menggali topik
tersebut pada setting atau kondisi yang muncul bersamaan atau melatar
belakangi topik tersebut.
3.
Perbandingan sejarah, penelitian ini bertujuan
mengumpulkan data dan menjelaskan aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi di
masa lalu. Penelitian ini sebaiknya difokuskan pada satu priode sejarah,
beberapa kebudayaan berbeda, atau juga kombinasi antara priode sejarah dan
kebudayaan yang berbeda.
Apa
pun jenis penelitiannya, seorang peneliti haruslah mematuhi sejumlah etika dalam
penelitian, diantaranya :
a) Menghindari
scientific misconduct. Seorang peneliti haruslah melakukan tahap demi
tahap dari proses penelitian dengan cermat. Ia harus menghindari penipuan saat
melakukan sebuah penelitian. Misalnya saja karena terbentur keterbatasan dana,
seorang peneliti melewatkan tahap pembuatan daftar populasi, lalu mengambil
sampel secara sembarangan, namun melaporkan bahwa ia telah melakukan proses
penentuan populasi dan penarikan sampel secara benar. Atau bisa juga seorang
peneliti baru melakukan penelitian terhadap 300 sampel dari jumlah 500 sampel
yang harus diteliti. Tapi, akibat diburu waktu dan terbatasnya sumber daya, ia
menghentikan proses penelitian dan melaporkan bahwa penelitian telah dilakukan
terhadap 500 sampel. Pada bagian ini juga termasuk research fraud,
yaitu pemalsuan data hasil penelitian, dimana peneliti yang hanya meneliti 300
sampel dari 500 sampel yang direncanakan akhirnya mengisi sendiri kuesioner
yang tersisa agar jumlahnya genap 500.
Peneliti juga harus menghindari plagiarism, yakni mengambil hasil penelitian orang lain yang kemudian diklaim sebagai hasil penelitian sendiri.
Peneliti juga harus menghindari plagiarism, yakni mengambil hasil penelitian orang lain yang kemudian diklaim sebagai hasil penelitian sendiri.
b) Peneliti
tidak boleh membawa kerugian bagi subyek penelitian (informan maupun
responden). Kerugian ini meliputi :
·
Materi, dimana peneliti harus memastikan
bahwa waktu yang tersita untuk kegiatan penelitian tidak mengurangi penghasilan
yang seharusnya diperoleh subyek penelitian. Misalnya, seorang tukang ojek yang
diteliti kehilangan banyak waktu untuk melayani permintaan wawancara dari
peneliti, sehingga kesempatannya mencari nafkah banyak terbuang. Dalam hal ini,
peneliti sewajarnya mengupayakan agar wawancara tidak berlangsung terlalu lama
atau memberikan sejumlah kompensasi (pengganti) kerugian.
·
Fisik, dimana peneliti harus menjaga
keselamatan fisik subyek penelitian. Bila melakukan penelitian tentang geng
anak jalanan atau kelompok kriminal, misalnya, seorang peneliti harus
menyembunyikan identitas informan ataupun responden agar tak terancam
keselamatannya.
·
Sosial, dimana peneliti harus menjaga
harkat, martabat, dan nama baik subyek penelitian.
c) Memastikan
adanya kerahasiaan dan anonimitas, terutama bila topik penelitian menyangkut
hal-hal sensitif. Agar subyek penelitian bersedia diteliti, peneliti dapat saja
menjanjikan bahwa identitasnya akan dirahasiakan.
d) Dalam
hubungan dengan pihak-pihak yang mensponsori atau membiayai kegiatan
penelitiannya, seorang peneliti harus dapat tetap mempertahankan sikap obyektif
dan profesional. Dengan alasan apapun, ia tidak boleh melupakan prinsip-prinsip
metodologi ilmiah, apalagi merekayasa hasil penelitian demi menguntungkan
sponsor atau penyandang dana.
5.
Menentukan
Masalah Sosial yang Layak Diteliti
Masalah penelitian adalah
terdapatnya ketidak cocokan antara kenyataan yang diperoleh dari pengamatan,
hasil analisis atau informasi langsung dengan yang diharapkan atau dengan
landasan teori yang semestinya ada. Masalah itu muncul tentu bila ada motivasi
seorang peneliti untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut, sesuai prosedur
dan aturan pelaksanaan dalam suatu penelitian. Dengan demikian perlu ada
penemuan, identifikasi, perumusan, dan langkah-langkah yang ditempuh untuk
menyusun perumusan masalah tersebut.
Akan tetapi tidak semua masalah
memerlukan penelitian. Masalah penelitian yang baik untuk diteliti seyogyanya
adalah masalah yang memenuhi patokan sebagai berikut :
1. Jika masalah tersebut diteliti
maka hasilnya akan mempunyai arti penting baik bagi perkembangan ilmu maupun
bagi kepentingan hidup sehari-hari.
2. Kesimpulan hasil penelitian
mempunyai masa berlaku cukup lama, artinya dapat digeneralisasikan
(diberlakukan) bukan cuma saat penelitian dilakukan, melainkan sesudahnya.
3. Secara operasional masalah
tersebut bisa dan mungkin diteliti (baik dari sudut prosedural, metodologi,
maupun dari sudut ketersediaan data dilapangan).
4. Prioritas. Manajemen menyusun daftar prioritas, sehingga dapat diketahui
permasalahan yang mana yang akan diteliti terlebih dahulu. Suatu permasalahan
tertentu mungkin menjadi permasalahn yang sangat penting pada beberapa periode
yang akan datang.
Menemukan masalah penelitian adalah
suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Bagi orang-orang yang belum
berpengalaman meneliti, menemukan masalah bukanlah pekerjaan yang mudah dan
bahkan boleh dikatakan sulit. Kemampuan menemukan masalah ditentukan antara
lain oleh kepekaan dan kesediaan menyeleksi dan merasakan sesuatu
yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan dalam realitas sehari-hari. Kepekaan
dalam melihat masalah dan mampu mengembangkannya merupakan syarat mutlak dalam
penelitian. Seorang peneliti dapat menemukan masalah penelitian yang berarti
dan bermakna, sangat ditentukan oleh tingkat kepekaan dalam menemukan dan
memilih masalah. Kemampuan menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat
dimasukkan sebagai permasalahan serta fenomena alam yang ada juga sangat
menentukan keberartian dan kebermaknaan dalam menemukan dan memilih masalah.
Untuk dapat menemukan permasalahan dengan cepat
diperlukan persyaratan sebagai berikut:
1. Peka, yaitu dapat menangkap fenomena yang problematis. Kepekaan
ini dipengaruhi oleh minat dan pengetahuan atau keahlian. Minat dan pengetahuan
atau keahlian itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
a. Profesi. Profesi atau
bidang pekerjaan seseorang dapat menjadi sumber minat untuk melakukan
penelitian. Semakin sering seseorang terpapar dengan masalah-masalah yang
berkaitan dengan profesinya, akan semakin mendorong orang tersebut berminat
untuk menyelesaikannya.
b. Spesialisasi. Keahlian
khusus seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih peka tehadap masalah
yang berkaitan dengan keahliannya. Misalnya, seorang perawat spesialis jiwa,
akan lebih peka terhadap masalah-masalah kesehatan jiwa pasien yang dirawatnya.
c. Akademis. Seseorang
yang telah mengalami program pendidikan yang lebih tinggi, biasanya telah mendalami
tentang salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Dengan penguasaan ilmu ini, orang
tersebut cenderung lebih peka mengenali masalah dalam bidang keahliannya.
2. Siap, yaitu tahu teori dan hasil
penelitian terdahulu.
3. Tekun, yaitu mengikuti perkembangan
ilmu yang terkait.
Identifikasi
masalah secara sederhana dapat diartikan mencari dan menemukan masalah-masalah
yang akan dibahas atau dipecahkan melalui kegiatan penelitian. Untuk menemukan
masalah tentu perlu mengenal dan mengetahui sumber-sumber masalah agar secara
cermat mendapatkan suatu masalah. Terdapat banyak sumber menemukan masalah yang
dapat dipilih menjadi tema kegiatan penelitian. Sumber-sumber masalah
penelitian dari berbagai bahan bacaan dapat disebutkan diantaranya sebagai
berikut:
1.
Pengamatan sekeliling, peristiwa
atau gejala sekeliling baik mengenai sumber daya alam maupun mengenai sumber
daya manusianya (masyarakatnya) merupakan masalah-masalah aktual yang sering
dan selalu muncul sebagai hasil interaksi hubungan manusia dengan manusia yang
lain atau antara manusia dengan alam sekitarnya.
2.
Hasil membaca, salah satu
cara mengenal masalah penelitian adalah melalui bahan bacaan. Oleh karena itu
peneliti perlu akrab dengan bahan-bahan bacaan, baik text book, majalah, surat
kabar, laporan hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan atau
didokumentasikan.
3. Mengikuti seminar, diskusi, pertemuan ilmiah, pada setiap kegiatan
seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah akan diperoleh wawasan maupun gambaran
peristiwa dan atau gejala dan sangat mungkin akan memperoleh data yang mungkin
menarik untuk diuji atau diteliti secara lebih mendalam.
4. Pemegang otoritas, pernyataan-pernyataan (statement) para pemegang
otoritas, sering menjadi sumber masalah. Yang dimaksud dengan pemegang otoritas
adalah orang atau institusi yang secara umum diakui dan dipercaya masyarakat,
memiliki kewenangan atau kompetensi mengeluarkan suatu statement
5. Pengalaman orang lain, sering mendengar cerita orang lain, baik
melalui ceramah, dalam kursus, dalam kuliah, diskusi dikelas, melalui media
cetak, atau visual dapat pula merupakan nara sumber masalah penelitian.
6. Pengalaman pribadi, pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah
yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam.
7. Perasaan intuitif, perasaan intuitif
dapat menjadi sumber masalah. Misalnya, masalah muncul ketika pagi hari setelah
bangun tidur atau habis istirahat. Selama tidur atau istirahat terjadi
konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi berkaitan dengan masalah.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kesimpulan merangkum hasil penelitian.
Dalam kesimpulan tidaklah ditampilkan penjelasan rinci, tetapi ditampilkan
temuan-temuan yang penting, dan (bila ada) hubungan antara temuan data dengan hipotesis.
Kesimpulan berisi pernyataan apa yang sudah ditemukan tentang objek yang
diteliti dalam konteks kerangka teori. Ia tidak boleh menyimpulkan sesuatu yang
tidak diteliti dalam konteks dan jangkauan penelitian. Kendala-kendala apa yang
dihadapi dan saran-saran untuk menunjukan cara mengatasinya.
2.
Saran
Dengan hadirnya makalah ini sekiranya dapat berguna
untuk kedepannya, untuk lebih memahami lagi bagaimana karakteristik dalam suatu
penelitian. Saran yang dapat penyusun sampaikan adalah semoga makalah ini dapat
diterima di kalangan siswa/i karena makalah ini dibuat berdasarkan referensi
yang ada di internet sehingga dapat dimuat di materi pembelajaran.
Sekian. Kurang lebihnya mohon maaf. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar